Jumat, 13 Januari 2012

                            Cara Belajar Yang Efektif

Banyak cara dan metode yang bisa diterapkan agar belajar kita menjadi efektif dan semua cara/metode tergantung kepada masing-masing. Jadi bagaimana agar belajar kita bisa efektif ? Pada kesempatan apel sabtu pagi untuk pertama kali beberapa hari lalu, selaku penanggungjawab pengelolaan pendidikan yang bertugas memberikan amanah sengaja saya pilih tema bagaimana cara belajar yang baik dan efektif. Cara belajar yang efektif saya singkat dengan IR5 (Intention, Read, Record, Review, Repeat dan Refreshing). Dengan bahasa sederhana saya sampaikan melalui apel waktu itu. Dan dari situlah kemudian saya coba susun artikel berikut setelah saya coba kumpulkan bahan dari berbagai sumber, apakah buku, dari artikel di internet bahkan dari handphone sederhana yang mengiringi setiap waktu. Mudah-mudahan bermanfaat !

1. Intention (Niat)                                                                                           
Dari fasilitas dictionary dari handphone Samsung S-5650 saat diketikkan intention, muncul kalimat ‘Intention is an idea or plan of what you are going to do’ yang bila di translate menggunakan indopreterpro intention adalah suatu ide atau rencana dari apa yang kamu rencanakan. Dalam islam niat menurut istilah syar’i adalah bermaksud kepada sesuatu yang disertai perbuatan. Jika bermaksud kepada sesuatu tetapi tidak disertai perbuatan maka ini dinamakan azzam. Imam Nawawi menjelaskan bahwa sabda Rasulullah shalallahu wa ‘alaihi wa sallam Setiap amalan tergantung niatnya dibawa pada sihhatul a’mal (sahnya amalan) atau tashhihul a’mal (pembenaran amal) atau qabulul a’mal (diterimanya amalan) atau kamalul a’mal (sempurnanya amalan).
Dari Amirul Mu’minin Abu Hafs ‘Umar ibnu Al-Khathab radhiyalallahu ta’ala ’anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya… (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai ummat Islam tentu kita ingat beberapa hadits terkait menuntut ilmu, diantaranya :
”Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur”.
”Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim”.
”Siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga kembali ke rumahnya”.
Kalau istilah pendidikan nasional belajar sepanjang hayat (Long Life Education)
2. Read (Membaca)
Tidak ada seorangpun menafikan betapa pentingnya aktivitas membaca di dalam kehidupan. Membaca menjadi akar tunjang kekuatan seseorang individu, malah sesuatu bangsa dan sesebuah negara. Dikatakan bahwa betapa kuat pun sistem keamanan atau sistem ekonomi sebuah negara, pasti akan tumbang juga akhirnya jika tidak didasari oleh ketinggian ilmu pengetahuan. Tahapan awal, sudah tentu ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses membaca.
Dituturkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu, bahwa Awal permulaan wahyu yang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ialah berupa mimpi yang hakiki didalam tidur beliau. Beliau tidak melihat sesuatu didalam mimpinya melainkan ada sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh. Kemudian beliau suka mengasingkan diri. Beliau menyendiri di gua Hira’ dan beribadah disana, hingga datang kebenaran tatkala beliau sedang berada di gua Hira’. Malaikat mendatangi beliau seraya berkata, “BACALAH!” berikut penutura beliau, “Aku tidak bisa membaca” Dia ( malaikat Jibril ) memegangiku dan merangkulku hingga aku merasa sesak. Kemuadian melepaskanku, seraya berkata lagi, “BACALAH!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkata,
 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1 – 5 )
Dari “Wawasan Qur’an” karangan Quraish Syihab, makna kata “Iqra” terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut ‘bismi Rabbik’, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. ‘Igra” berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Menulusuri pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia (45:13). Penundukkan tersebut-secara potensial-terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia.
Di tingkatan sekolah, telah terbukti bahawa aktivitas dan kebiasaan membaca di kalangan pelajar telah melahirkan individu yang berprestasi dalam berbagai aspek. Prestasi mereka tidak hanya pada bidang akademik saja, tetapi berperan langsung langsung terhadap keterampilan dan kepribadiannya. Dan bagi sekolah yang telah membiasakan anak didiknya membaca ikut meningkat prestasinya
3.   Record (rekam)
Merekam dalam memori otak kita segala sesuatu yang telah kita rasa, lihat, dan dengar. Banyak ragam untuk merekamnya diantaranya adalah daya ingat bisa dilatih dengan membiasakan diri untuk menulis. Hal ini mungkin sudah sering perbincangkan. Ketika anda dulu di bangku sekolah, anda selalu diminta mencatat apa yang diterangkan oleh Bapak dan Ibu Guru. Tujuannya tentu saja agar anda bisa mengulang lagi apa yang diajarkan pada hari itu, dan agar anda mampu mengingat kembali pelajaran tersebut.
Bagaimana dengan anda, apakah anda termasuk orang yang rajin menulis/mencatat informasi yang anda dengar. Apakah ketika di bangku sekolah/kuliah dulu catatan anda menjadi referensi utama bagi teman-teman anda di sekolah?, atau justru anda menjadi pelanggan tetap dari teman anda yang rajin mencatat?.
Meskipun menulis dapat membantu melatih ingatan kita, namun nyatanya masih banyak dari kita yang menulis justru dengan tujuan untuk melupakannya. Maksudnya begini, ketika anda mendengarkan pelajaran/kuliah/seminar atau informasi apapun yang menurut anda penting untuk diingat, anda akan mencatat informasi tersebut dengan harapan bahwa anda tidak perlu lagi mengingat informasi yang baru saja anda dengar. Jika yang terjadi adalah seperti yang disebutkan diatas, maka manfaat dari menulis menjadi tidak ada lagi. Justru sebaliknya, kegiatan menulis tersebut menjadi musuh baru bagi ingatan anda. Mulailah dengan menulis hal-hal kecil di sekitar anda. Mulailah untuk menulis diary atau semacamnya untuk mengetahui seberapa besar ingatan anda terhadap apa yang anda alami seharian ini. Jangan sepelekan efek dari menulis. Meskipun ini salah satu teknik paling sederhana, manfaat yang akan anda dapatkan bisa menjadi sangat luar biasa.
Membaca itu memperkaya ide dan memperbanyak perbendaharaan kosakata yang ada dalam pikiran kita. Sedangkan menulis adalah kegiatan menuangkan ide dan mengeluarkan kosa kata dalam benak pikiran kita. Maka mulailah dnegan banyak membaca dan membaca, apa saja yang anda sukai untuk dibaca. Dengan demikian semakin banyak membaca, semakin banyak ide dan semakin banyak perbendaharaan kosakata, sehingga semakin mudah menuangkannya dalam tulisan.
4.   Review (ulasan)
Dari words definition artikata.com didapatkan mengulas berarti memberikan penjelasan dan komentar, menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat), mempelajari (menyelidiki) sedangkan ulasan adalah kupasan, tafsiran atau komentar. Untuk visual arti kata ulasan sebagai berikut.

5.   Repeat (mengulang-ulang)
            Salah satu ciri lembaga pendidikan unggul adalah adanya perhatian pada sisi hafalan, praktek mengajar sebagai penunjang hafalan dan pengembangan dari ilmu yang pernah di dapat, proses belajarnya dilakukan secara bertahap dan dalam waktu yang cukup dan memadai, metode yang dipakai harus dengan cara pengulangan secara terus menerus metode pengajarannya membekas dalam diri pelajar, perhatian terhadap pendidikan ruhaniyah, fikriyah, jismiyah, nafsiyah.
Banyak orang mengira bahwa mengulang dan menghafal pelajaran akan membuat otak tidak berkembang dan tumpul, karena tidak dilatih untuk berpikir. Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena sejarah membuktikan bahwa hafalan dan pengulangan ternyata mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa.
Hal ini telah diakui para ahli, sebut saja Negara Jepang yang terkenal dengan kemajuan teknologinya. Orang-orang besar mereka di dalam mendidik anak buahnya ternyata menggunakan teori pengulangan dan hafalan. Teori pengulangan tersebut dikenal dengan teori ( Repetitive Magic Power ) yang berarti kekuatan ajaib dalam pengulangan. Di Jepang pola ini diterapkan, di mana para instruktur mewajibkan para siswa eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat ‘ saya juara “ seratus kali dalam sehari selama masa latihan. Dan ini dimaksudkan untuk menjaga energi agar tidak hilang.
Rahasia keberhasilan PT Matsushita Kotobuki Elektronik Indonesia , cabang dari PT Matsushita di Jepang yang di pimpin oleh pendirinya Konosuke Matsushita yang telah menginfakkan dari uang saku pribadinya sebanyak 291 Juta USD dan 99 Juta USD dari kas perusahaanya untuk kemanusiaan. Perusahan ini mempunyai karyawan yang berjumlah 6000 orang. Ketika apel pagi, mereka semua diwajibkan untuk selalu membaca dan mengulang-ulang prinsip, yaitu :
1.Untuk selalu berbakti kepada Negara melalui industri.
2.Untuk selalu berlaku jujur , terpercaya dan adil
3.Untuk selalu bekerjasama dengan keselarasan
4.Untuk selalu ramah tamah dan kesatria
5.Untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
6. Untuk selalu bersyukur dan berterimakasih.
Stephen R. Covey penah mengatakan tentang fungsi kebiasan dan mengulang-ulang suatu perbuatan :
“ Taburlah gagasan , petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan , petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib .
William James, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa apa saja yang anda lakukan 45 kali berturut-turut, maka akan menjadi kebiasaan. Menurut Doug Hooper Angka 45 tersebut sangatlah logis. Begitu juga para guru dari Timur telah menjelaskan kebiasaan dengan cara sbb : Kesinambungan suatu pemikiran atau tindakan dalam suatu jangka waktu akan menyebabkan terbentunya sebuah alur, atau saluran di dalam otak. Orang mengatakan bahwa otak itu mirip tanah liat, tempat suatu alur mudah terbentuk. Begitu hal itu terjadi, pemikiran seseorang secara alami akan terus mengalir melalui arah tersebut, sebab hal itu merupakan garis dengan perlawanan yang paling kecil. Tindakannya dilakukan mengikuti bawah sadar atau otomatis. Setelah anda keluar dari “ alur “ atau “ saluran “ lama , maka pikiran anda secara alami akan mengalir melaului saluran yang baru, sementara saluran yang lama berangsung- angsur hilang.
Para santri yang terbiasa belajar dengan cara menghafal dan mengulang-ulang, bahkan kadang secara marathon dan sungguh –sungguh,  ketika lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ternyata tidak ketinggalan juga. Bahkan dalam mengikuti Ujian yang bertaraf nasionalpun mereka mampu bersaing dengan alumnus-alumnus lembaga pendidikan non pesantren.
Menurut teori belajar Herbart ( 1776-1841 ), inti belajar, di samping pemebrian tanggapan yang jelas, ialah pengulangan yang bertujuan untuk memasukkan sesering mungkin ke dalam kesadaran. Pentingnya kebiasaan mengulang suatu pelajaran, akan terlihat jelas juga, ketika anda belajar menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor untuk pertama kalinya. Barangkali anda sudah tahu tentang teorinya, hanya karena anda tidak pernah mengulangnya kembali, atau tidak membiasakan diri untuk memakainya, maka anda akan terasa canggung dan asing, ketika mencobanya kembali.
Dalam suatu hadits disebutkan :
Diriwayatkan dari Anas ra, bahwasanya Rosulullah saw jika berbicara suatu masalah diulanginya sampai tiga kali, agar bisa dipahami. “  ( HR Bukhari, no : 95 )
Berikut ini adalah perkataan beberapa ulama tentang hafalan dan pengulangannya :
  1. Imam Zuhri dan Hasan Basri berkata : “ Ilmu itu menjadi hilang karena lupa dan tidak pernah diulang-ulang. “
  2. Abdurrahman ibnu Abi Laila berkata : “ Sesungguhnya cara menghidupkan hadist adalah dengan selalu mengulangi-ulanginya kembali. “
  3. Al-Ashma’I pernah ditanya tentang hafalannya yang kuat, padahal teman-temannya sudah lupa, beliau menjawab : “ Ya, karena saya sering mengulangi-ulanginya, sedang mereka tidak mau mengulang-ulanginya kembali. “
  4.  ( السبق حرف والتكرار ألف) “ Membaca cepat sama bagikan membaca satu huruf, sedang mengulang-ulang sama dengan membaca seribu huruf. “
  5. ( حفظ حرفين خير من سماع وِقْرَيْن ، وفهم حرفين خير من حفظ سطرين)“ Menghafal dua huruf lebih baik dari mendengar dua gendongan buku, memahami dua huruf lebih baik dari menghafal dua baris “
Berapa banyak orang yang pernah menghafal Al Qur’an dan mendapatkan Ijazah sebagai sorang hafidh atau hafidhah, karena tidak diulang-ulang kembali, ditambah dengan kesibukannya pada urusan lain, akhirnya Al Qur’an kembali menjadi asing baginya, seakan-akan dia belum pernah menghafalnya sama sekali.
Diantara fungsi hafalan adalah sebagai berikut :
1.Pengetahuan yang dihafal, akan tetap berada dalam otak kita.
2.Mampu mengeluarkan hafalannya setiap saat dengan mudah.
3.Bisa memanfaatkan waktu untuk belajar ilmu lain, selain yang sudah dihafal.
4.Manfaat hafalan juga akan terlihat dengan jelas, ketika bukunya hilang, atau lampunya    tiba-tiba mati pada malam hari, atau tiba-tiba ia buta.
5. Bisa memanfaatkan waktu dengan mengulangi hafalannya dimanapun ia berada, ketika sedang menyetir mobil, naik kendaran, sedang di atas pesawat, atau sedang menunggu orang di tengah jalan, bahkan ketika sedang berdiri dalam antrian yang panjang.
Rosulullah saw sendiri menganjurkan siapa saja yang sudah menghafal Al Qur’an agar selalu mengulangi-ulangi terus .
تعاهدوا هذا القرآن ، فو الذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عقلها
Teruslah mengulangi ulang hafalan Al Qur’an, demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya , hafalan Al Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang diikat. ( HR Bukhari dan Muslim )
6.   Refreshing (penyegaran kembali)
Setelah aktivitas membaca, menulis, mengulas, mengulang-ulang maka perlu otak kita, jasmani dan rohani kita di refresh (disegarkan) kembali sehingga terasa nyaman dan ringan, sehat dan terasa baru.
Anjuran ahli komputer, sesering mungkin saat kita bekerja kita mengklik refresh agar komputer kita lancar di ajak bekerja karena selalu dalam keadaan ‘segar’ walaupun panas. Jasmani kita akan lelah kalau tidak istirahat sehingga memerlukan ‘refreshing’ atau penyegaran kembali dengan istirahat atau aktivitas ringan yang menyenangkan. Demikian juga rohani kita perlu penyegaran minimal sebanyak 5 kali dalam sehari melalui shalat dan bisa lebih dari itu melalui ibadah lain yang ikhlas kita lakukan.
0.000000 0.000000
Description: http://stats.wordpress.com/b.gif?v=noscript 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar